WANITA-WANITA AHLI SURGA





A. Latar Belakang

Mengapa ? Pertanyaan in muncul seiring dengan pemikiran dan penalaran akal manusia, atau yang menyangkut dengan pekerjaan fisik. Bagi seorang muslimah, seharusnya dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang baik dengan mencerminkan melalui akhlak dan perbuatan. studi tafsir al-Qur’an tidak lepas dari metode, yakni suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik guna untuk mencapai suatu pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan oleh Allah di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, kita dapat membedakan antara akhlak yang baik dan yang tidak baik menurut ajaran agama Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah wanita yang menjadi ahli Syurga?

2. Apakah ciri-ciri atau sifat-sifat yang menjadi kunci bagi wanita memasuki syurga?

3. Bagaimanakah akhlak yang mencerminkan wanita ahli surga?

4. Bagaimana keadaan wanita disurga?

5. Bagaimana Indahnya wanita ahli surga?

6. Apakah balasan bagi wanita-wanita yang beriman?


PEMBAHASAN

Fathimah Radiyallahu ‘anha Memahami Arti Jilbab yang Sesungguhnya

Adakah kaum muslimin dan muslimah yang tak mengenal sosok Fathimah binti Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam? Rasanya tak mungkin! Beliau radiyallahu’anha satu-satunya putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang hidup mendampingi beliau hingga wafatnya beliau ke Rafiqil a’la.1 Fathimah az-Zahra radiyallahu’anha adalah ratu bagi para wanita di surga (Sayyidah nisa ahlil jannah). Pemahaman beliau tentang arti jilbab yang sesungguhnya sangat layak untuk disimak dan direnungi oleh para muslimah yang sangat merindukan surga dan keridhaan RabbNya. Sudah sempurnakah kita menutup aurat kita seperti apa yang difahami Shahabiyah?

Wahai saudariku muslimah yang merindukan surga Firdaus al-A’la…Shahabiyah yang mulia ini memandang buruk terhadap apa yang di lakukan wanita terhadap pakaian yang mereka kenakan yang masih menampakkan gambaran bentuk tubuhnya. Apa yang beliau tidak sukai itu beliau sampaikan kepada Asma radiayallahu’anha sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Ja’far bahwasanya Fatimah binti Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:

“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan tubuhnya.” Asma’ berkata : ‘”Wahai putri Rasulullah maukah kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah?” Lalu Asma’ membawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk menjadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar: “Betapa baiknya dan betapa eloknya baju ini, sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati, maka mandikanlah aku wahai Asma’ bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu ) dan jangan ada seorangpun yang menengokku!” Tatkala Fatimah meninggal dunia, maka Ali bersama Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan. ”2

Syaikh Albani rahimahullah berkata : Perhatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang merupakan bagian dari tulang rusuk Nabi shalallahu alaihi wassalam bagaimana ia memandang buruk bilamana sebuah pakaian itu dapat mensifati atau menggambarkan tubuh seorang wanita meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini, terutama kaum muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”3

Wahai ukhti muslimah yang dirahmati Allah,…benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullah. Fitnah yang melanda kaum muslimah begitu deras dan hebat.Jika Fathimah radiyallahu’ anha saja tidak rela jasadnya tergambar bentuk tubuhnya tentulah dapat kita fahami bagaimana beliau mengenakan jilbab di masa hidupnya. Karena beliau sangat memahami perintah jilbab dengan pemahaman yang benar dan sempurna. Pemahaman beliau yang sangat mendalam ini jelas tersirat dari ketidaksukaannya yang beliau pandang sebagai suatu keburukan apabila seorang wanita memakai pakaian yang dapat menggambarkan lekuk tubuhnya.

Lalu bandingkanlah dengan apa yang dikenakan oleh sebagian kaum muslimah dewasa ini sangat jauh dari apa yang disyariatkan oleh Rabb mereka. Jauh panggang dari api.Mereka menisbahkan pakaian wanita dengan kerudung ala kadarnya yang sekedar menutupi leher-leher mereka tidak sampai menutupi dada dengan nama pakaian islami atau jilbab. Dan ironisnya yang memakainyapun merasa bahwa apa yang mereka pakai itu sudah benar karena melihat para artis di TV mengenakan yang demikian itu jadilah pakaian trendy ini menyebar begitu cepat dan menjadi pakaian pilihan utama mereka. Bahkan tentu terkadang kita melihat saudari kita yang memakai busana muslimah yang justru menambah fitnah karena nampak jelasnya lekuk tubuh mereka dengan penutup kepala yang melilit di leher (sehingga jenjang atau tidaknya bentuk leher terlihat sangat jelas) dan hanya sampai di bagian pundak saja tidak sampai ke dada disambung dengan pakaian ketat yang menggambarkan bentuk payudara mereka kemudian celana ketat yang menambah jelas lekukan tubuh mereka. Ada juga yang memakai abaya (gamis/pakaian terusan) memilih ukuran yang ketat daripada ukuran besar dan lapang dengan alasan agar nampak cantik dan modis! Sebagian adapula yang memakai penutup kepala dengan menyanggul rambut-rambut mereka hingga ketika mereka berjalan dapat dilihat dengan jelas ikatan rambut tersebut, karena sangat kecilnya penutup kepala yang mereka pakai maka merekapun mengikat rambut tersebut agar tidak menyembul keluar. Bukankah apa yang mereka pakai itu semua justru yang semestinya mereka jauhi karena Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda :

“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”4
Di dalam hadits lain terdapat tambahan :

“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.”5

Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil Barr rahimahullah ia berkata:
“Yang dimaksud Nabi shalallahu alaihi wassalam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”6

Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah bahwa ia berkata :
“Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar mengunjungi ‘Aisyah dengan mengenakan khimar(kerudung) tipis yang dapat menggambarkan pelipisnya, lalu ‘Aisyah pun tak berkenan melihatnya dan berkata : “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat An Nuur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan khimar untuk dipakaikan kepadanya.7

Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah radiyallahu anha : Apakah kamu tidak tahu tentang apa yang diturunkan oleh Allah dalam surat An-Nuur? Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya ia belum menutupi tubuhnya dan juga belum melaksanakan firman Allah Subahnahu wa ta’ala yang ditunjukkan oleh Aisyah radiyallahu anha yaitu “Dan hendaklah kaum wanita menutupkan khimar/kerudung pada bagian dada mereka”8

Tidakkah kita melihat perbedaan yang sangat jauh antara generasi Shahabiyah dengan kita? Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah. Jilbab yang difahami shahabiyah sebagai pakaian yang lapang (lebar) yang menutupi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki sedangkan kaum muslimah sekarang menganggap jilbab adalah secarik kain yang digunakan untuk menutupi rambut mereka saja sedangkan bagian-bagian lainnya mereka tutupi dengan bahan yang ala kadarnya yang tidak bisa dikatakan menutupi aurat apalagi menutupi lekuk tubuh mereka. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan semoga kaum kita mau kembali kepada Rabb mereka dan berusaha untuk menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan rasulNya secara sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana firmanNya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu(Al-Baqarah :208).

Wallahu’alam bish-shawwab.

Artikel ini telah di cek oleh : Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.Sumber Rujukan :

1. Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al- Albani,Pustaka Tibyan,Solo.

2. Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.

3. Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, Mahmud al-Istanbuli, Pustaka Tibyan, Solo.

Catatan kaki:

1. Hadits yang di riwayatkan Bukhari V/137 dan Muslim no.2450 yang berbunyi :“Wahai Fatimah relakah engkau menjadi ratu bagi para wanita disurga?….”[Lihat Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam hal :127-128] []

2. dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah 2/43, Al Bayhaqi 3/34-35 untuk lebih jelasnya bisa di lihat dalam Jilbab Wanita Muslimah, Syaikh Nashiruddin AlBani, hal 140-141 []

3. Jilbab Wanita muslimah hal: 140 []

4. dikeluarkan oleh at-Thabrani dalam “Al-Mu’jam As-Shaghir” hal. 232 dari hadits Ibnu Amru dengan sanad shahih lihat jilbab wanita muslimah hal :130 []

5. HR.Muslim dari riwayat Abu Hurairah hadits no.1388 []

6. dikutip oleh As-Suyuthi dalam “Tanwirul Hawalik” 3/103 lihat Jilbab Wanita Muslimah hal:131 []

7. Ibnu Sa’ad 8/47 lihat Jilbab Wanita Muslimah hal 131 []

8. idem hal 131 []

2.1. Ciri atau Sifat Wanita Ahli Surga

2.2.1 Sifat-sifat Wanita Ahli Syurga

Siapakah wanita yang menjadi ahli Syurga? Apakah ciri-ciri atau sifat-sifat yang menjadi kunci bagi wanita memasuki syurga?

Sebuah hadis Nabi menyatakan: Daripada Anas, Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang berma

ksud: "Apabila seorang perempuan mendirikan sembahyang lima waktu, berpuasa sebulan (Ramadhan), menjaga kehormatan dan taat kepada suami, dia akan disuruh memasuki syurga melalui mana-mana pintu yang dia sukai." (Hadis Riwayat Ahmad)

Menurut hadis di atas sekurang-kurangnya ia telah menggariskan empat dasar atau sifat utama yang menjadi teras bagi seorang wanita muslimah memasuki syurga, iaitu menunaikan kewajipannya kepada Allah dalam makna melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan ke atasnya seperti sembahyang, puasa, dan lain-lain ibadah wajib yang mampu dilaksanakan. Sebuah hadis menyebutkan bahawa sembahyang adalah perkara pertama yang akan disoal di hari Kiamat.

Tertunainya hak dan tanggungjawab suami barulah akan turun keredahan dan rahmat Allah kepadanya. Menjaga kehormatan diri juga merupakan hal yang digariskan oleh hadis di atas. Antara hal-hal yang boleh diketegorikan dalam konteks menjaga kehormatan itu ialah mempunyai sifat pemalu, jika suaminya keluar dia akan menguruskan dan menjaga dirinya dan harta suaminya dengan amanah. Bila suaminya datang kepadanya dia akan menjaga mulut daripada menyebutkan perkataan yang tidak elok didengar.

Sebuah hadis Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam menyatakan bahawa: "Sesungguhnya sopan santun dan keimanan adalah saling berkaitan, jika salah satunya dikeluarkan, yang satu lagi juga akan hilang serentak." (Hadis Riwayat Baihaqi)

Taat kepada suami merupakan satu lagi sifat wanita yang digambarkan oleh hadis yang dipaparkan di awal makalah ini. Taat kepada suami adalah tanggungjawab isteri yang wajib di sempurnakan. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam Bazzar Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Kamu sampaikan kepada perempuan yang kamu jumpa, bahawa taat kepada suami, dan mengakui hak-hak suami, sama pahalanya dengan berperang dan bertempur dengan musuh-musuh Islam di medan pertempuran, tetapi sedikit sangat daripada isteri-isteri yang menyempurnakan hak-hak suami mereka." (Hadis riwayat Al Imam Bazzar) Isteri adalah pusat dan sumber kebahagiaan dan ketenteraman di dalam sebuah rumahtangga. Ia perlu mempunyai sifat-sifat sabar dan perhatian yang sepenuhnya kepada suami dan juga anakanak.

Sikap inilah yang boleh mewujudkan suasana yang tenang, aman dan damai dalam rumahtangga. Dalam hal ini, para isteri sayugialah akan sentiasa bersikap baik kepada suami. Saidina Abu Bakar Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahawa Rasullullah Sallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Seorang wanita yang menyakiti hati suami dengan lidahnya, dia mendatangkan celaan dan kemurkaan Allah, para malaikat dan umat manusia." Selain itu, Saidina Ali Radhiallahu Anhu meriwayatkan sebuah hadis mengenai setiap isteri yang tidak menghormati status suaminya. "Wanita yang berkata kepada suaminya yang tidak melihat apa-apa kebaikan pada suaminya, Allah menghapuskan segala perbuatan baiknya selama 70 tahun, walaupun dia berpuasa selama itu siang hari dan bersembahyang pada malamnya." (Hadis Riwayat Imam Majah dan An-Nasai)

Berdasarkan huraian ringkas di atas, para wanita semestinyalah mengamalkan sikap taat dan bertakwa kepada Allah, bertanggungjawab kepada suami dan menjaga kehormatan dirinya. Semoga dengan itu, akan mudahlah mereka mendapat rahmat dan keredhaan Allah. Rahmat dan redha Allah itulah yang akan menjamin kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat.

2.2.1 Wanita-Wanita Ahli Surga dan Ciri-Cirinya

Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, di antaranya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada

Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke

dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan

itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).

2.1. Akhlak Yang Mencerminkan Wanita Ahli Surga

Kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, “Allah menjadikan penyebab kesenangan adalah keberadaan istri. Andaikata penyebab tumbuhnya cinta adalah rupa yang elok, tentunya yang tidak memiliki keelokan tidak akan dianggap baik sama sekali. Kadangkala kita mendapatkan orang yang lebih memilih pasangan yang lebih buruk rupanya, padahal dia juga mengakui keelokan yang lain. Meski begitu tidak ada kendala apa-apa di dalam hatinya. Karena kecocokan akhlak merupakan sesuatu yang paling disukai manusia, dengan begitu kita tahu bahwa inilah yang paling penting dari segala-galanya.

Memang bisa saja cinta tumbuh karena sebab-sebab tertentu. Tetapi cinta itu akan cepat lenyap dengan lenyapnya sebab.” Keberadaan istri (atau suami) itulah yang lebih indah daripada jima’ atau memandangi kecantikan wajah istri yang tidak terhalangi oleh bedak tebal. Sekalipun demikian, seorang istri perlu menjaga suaminya agar tidak tergoda oleh kecantikan wanita lain. Ini dilakukan dengan dua hal, setidaknya baru ini yang saya ketahui.

· Pertama, melayani dengan penuh kehangatan (syukur jika mau mengingatkan suami tentang hal ini) jika suami harus pulang mendadak karena tergoda oleh kecantikan wanita di perjalanan.

· Kedua, tidak menceritakan kecantikan wanita lain seolah-olah suami melihat sendiri. Apalagi imajinasi sering memberi kesan yang lebih kuat dibanding melihat secara langsung (selengkapnya baca bab Biarlah Engkau yang Tercantik Di Hatiku di jendela tiga buku ini). Anda bisa memberi izin atau bahkan menganjurkan suami untuk matsna (menikah lagi untuk yang kedua kali) dengan wanita lain secara sah sehingga bisa menjadi teman untuk berjuang bersama-sama dengan Anda. Tetapi Anda tidak bisa memberinya izin untuk membayangkan wanita lain. Anda perlu menjaganya (disamping suami juga perlu menjaga dirinya sendiri).

Saya jadi teringat kepada salah satu nasehat Rasulullah. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Tidakkah kalian mau saya beritahu tentang wanita ahli surga?” Kami berkata, “Tentu ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap istri yang wadud (sayang) dan walud (banyak anak). Apabila ia membuat marah suami atau menyakiti hatinya atau suami marah kepadanya, ia berkata, ‘Inilah tanganku berada di tanganmu.

Saya sungguh tidak bisa menikmati tidur dan istirahat sehingga engkau ridha kembali.” Ketika suami mendengar perkataan yang tulus dari istrinya, maka kekerasan hatinya insya-Allah akan luluh. Kemarahannya akan reda dan berganti dengan perasaan rahmah dan ingin melindungi. Api akan padam ketika berhadapan dengan air. Tetapi akan berkobar ketika dihembus angin, kecuali ketika apinya masih kecil.

Perasaan ada yang menerima,

ada yang mencintai dengan tulus,

ada yang memperhatikan

dan tidak menginginkan kemarahannya,

jauh lebih indah daripada kehangatan saat berjima’.

Inilah yang dirindukan manusia dalam pernikahan

Ketika ada yang meluap emosi negatifnya, salah satu pihak perlu menahan diri. Ia perlu menjadi air. Kalau keduanya tidak ada yang bersedia untuk berendah hati mendengar kemarahan dan kekesalan pasangannya, yang terjadi adalah pertengkaran dan perseteruan. Kalau terus berlanjut, keduanya bisa mengembangkan sikap mempersalahkan teman hidupnya. Dialah yang harus begini atau begitu.

Sebaliknya, kelapangan hati untuk meredam emosi insya-Allah akan membawa kepada kebaikan. Kelembutan akan membawa kepada keindahan dan tegaknya sikap yang seharusnya. Insya-Allah. Kelembutan akan mencairkan hati yang beku dan melunakkan gunung yang keras. Setelah kemarahan reda, keduanya bisa melakukan ishlah. Anda bisa mengoreksi secara bijak. Insya-Allah teman hidup Anda akan lebih mudah menerima. Lebih bisa menyadari jika memang ada kesalahan yang harus diperbaiki.

2.2. Keadaan Wanita Disurga

Oleh: Sulaiman ibn Shalih al Kharasyi

Sesungguhnya surga dan kenikmatannya tidaklah khusus bagi kaum laki-laki saja, akan tetapi surga itu:

“Disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran:133) dari dua jenis makhluk manusia; laki-laki dan perempuan, sebagaimana Allah Ta’ala telah mengabarkan yang demikian.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga.” (QS. an Nisa’:124)

Hendaklah setiap wanita tidak sibuk pikirannya dengan banyak pertanyaan dan penyelidikan tentang perincian masuknya dia ke dalam surga. Apa yang akan diperlakukan terhadapnya? Kemana ia akan pergi? Bagaimana nasibnya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Seakan-akan dia akan maju menuju padang pasir yang mematikan.! Cukuplah baginya mengetahui dan meyakini bahwa hanya dengan sekedar masuk ke dalam surga, akan sirna segala kepedihan dan kesusahan yang pernah dia alami. Dan yang demikian itu akan berubah menjadi kebahagiaan yang terus menerus, dan kekekalan yang abadi. Cukuplah baginya firman Allah tentang surga yaitu:

“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS. al Hijr:48)

Dan firman Allah

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. az Zukhruf:71)

Dan sebelum itu semua cukuplah baginya firman Allah tentang penduduk surga yang artinya:

“Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha terhadap-Nya.” (QS. al Maidah:119)

Di dunia, wanita tidak akan keluar dari beberapa keadaan berikut ini:

1. Adakalanya dia meninggal sebelum dia menikah.

2. Adakalanya dia meninggal setelah dia dicerai / ditalak dan sebelum menikah dengan suami yang lainnya.

3. Adakalanya dia sudah menikah akan tetapi suaminya tidak masuk ke dalam surga bersamanya. Wal’iyadzubillah.

4. Adakalanya dia mati setelah pernikahannya.

5. Adakalanya suaminya meninggal, dan dia tinggal dalam keadaan tanpa suami hingga dia mati.

6. Adakalanya suaminya meninggal, kemudian dia menikah dengan orang lain setelahnya.

Ini adalah keadaan kaum wanita di dunia. Maka bagi setiap keadaan ada balasan yang sepantasnya di surga, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengatur tentang hal itu:

a. Adapun wanita yang telah meninggal sebelum bersuami, maka dia akan dinikahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla di surga dari seorang laki-laki dunia yang Allah kehendaki, berdasarkan hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Dan tidaklah di dalam surga itu ada seorang yang bujang.” (HR. Muslim, 5062) Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah akan menikahkannya dengan suami yang bisa menyenangkannya di surga. Maka kenikmatan surga tidaklah terbatas hanya pada kaum laki-laki, akan tetapi diperuntukkan bagi laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan surga adalah pernikahan.”

b. Wanita yang mati dalam keadaan ditalak atau janda maka iapun akan dijodohkan oleh Allah seperti wanita yang pertama.

c. Wanita shalihah yang suaminya tidak masuk surga juga demikian. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:”Jika seorang wanita termasuk penduduk surga dan dia belum menikah atau suaminya yang dulu (di dunia) bukan termasuk penduduk surga maka sesungguhnya jika dia telah masuk surga kemudian di sana ada penduduk surga yang belum menikah dari golongan laki-laki, maka salah seorang diantara mereka menikahinya.” Saya katakan:”Bahkan bisa saja dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu (sebanding) meskipun laki-laki itu sudah mempunyai isteri lebih dari satu, seperti Asiyah isteri Fir’aun dan Maryam binti Imran, mereka dinikahkan oleh Allah di surga dengan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Karena tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir:4/495 pada surat at tahrim, Tafsir al Qurthubi:18/170, Fathul Qadir:4/231). Hisyam ibn Khalid berkata:”Suami masuk neraka, dan isterinya masuk surga, maka isterinya diwariskan kepada ahli surga sebagaimana isteri Fir’aun diwarisi oleh ahli surga.” (al Tadzkirah:461, Faidhul Qadir hadits no 7989, ad Durr al Mantsur:6/395, 8/225).

d. Adapun wanita yang meninggal setelah pernikahannya, maka di surga dia akan tetap menjadi isteri dari suami yang ditinggal mati dulu.

e. Adapun wanita yang suaminya meninggal, kemudian dia tinggal dan tidak menikah sesudahnya sampai meninggal, maka dia akan menjadi isteri suaminya tersebut di surga.

f. Adapun wanita yang suaminya meninggal lebih dulu, kemudian dia menikah lagi setelahnya, maka sesungguhnya dia untuk suaminya yang terakhir, sekalipun isterinya itu banyak. Berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Isteri itu untuk suaminya yang terakhir.” (HR. al Baihaqi:7/70, Thabrani, Abu Ya’al dll)

Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah kepada isterinya:”Jika engkau berkeinginan menjadi isteriku di surga, maka janganlah menikah setelah (kematian)ku, dikarenakan seorang wanita di surga untuk suami-suaminya yang terakhir di dunia, oleh karena itulah Allah mengharamkan isteri-isteri Nabi untuk menikah setelah beliau, dikarenakan mereka adalah isteri-isteri beliau di surga.” (Silsilah as Shahihah, 3/275).

Juga berdasarkan ucapan Ummu Darda’ (Hujaimah bin Hayy al Aushabiyyah) ketika dilamar oleh Mu’awiyyah radhiallahu anhu, dia menolak dan berkata: Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Isteri itu untuk suamimu yang terakhir” maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. Ini adalah hadits shahih, lihat al Mathalib al Aliyyah :2/67, al Jami’ al Shaghir, Tafsir al Qurthubi, surat al Ahzab:229, Musykilul Atsar: 1/376, Fatawa al Ramli:6/268 dll.

Satu pendapat mengatakan: wanita itu untuk suaminya yang paling baik akhlaknya, yang jika ia diberi kebebasan untuk memilih pasti memilihnya. Pendapat ini didasarkan pada hadits Anas radhiallahu anhu dalam Mu’jam al Kabir, bahwa Ummu Habibah menanyakan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tentang wanita yang bersuami lebih dari satu, maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab:”Ia untuk yang terbaik akhlaknya. Wahai Ummu Habibah baiknya akhlak telah membawa kebaikan dunia dan akhirat.” (Hadits Dha’if, lihat Ihya’ Ulumuddin :3/45, Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158 dari Ummu Salamah, al Qurthubi dalam al Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir:460)

Syaikh Athiyah Saqr dari al Azhar memandang bahwa ini adalah termasuk perkara ghaib yang seharusnya dikembalikan kepada Allah dan tidak bisa kita pastikan kecuali dengan kabar yang qath’i (pasti). Menurutnya pendapat yang lebih mirip dengan kenikmatan surga yang agung adalah pendapat yang kedua, yaitu untuk suaminya yang terbaik. Wallahu a’lam. (Fatawa al Azhar:10/28)

Selain itu ada pendapat ketiga yang mengatakan bahwa wanita yang pernah bersuami lebih dari satu, yang suaminya masing-masing meninggal dunia sebelumnya maka jika semuanya masuk surga dia disuruh memilih salah satu di antara para suaminya itu, namun pendapat ini tidak menyertakan dalil.

Kemudian, mungkin ada yang berkata:”Sesungguhnya telah diriwayatkan di dalam do’a jenazah kita berdo’a:

“Dan gantilah dia dengan suami yang lebih baik dari suaminya.” Maka jika dia telah menikah, bagaimana kita berdo’a untuknya dengan do’a ini, sementara kita tahu bahwa suaminya di dunia adalah suaminya di surga, maka jika dia belum menikah, dimanakah suaminya.?

Jawabannya adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:

”Jika dia belum menikah, maka maknanya adalah lebih baik dari suaminya yang diperkirakan untuknya seandainya dia tidak mati (kemudian menikah). Adapun jika dia telah menikah maka makna “lebih baik dari suaminya” adalah lebih baik darinya dalam masalah sifat-sifat yang ada di dunia, dikarenakan pergantian ada kalanya dengan pergantian zatnya sebagaimana seandainya engkau menjual kambing dengan onta misalnya, dan adakalanya dengan pergantian sifat sebagaimana seandainya engkau berkata:” Mudah-mudahan Allah mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan.” Sebagaimana pula firman Allah yang artinya:

“(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (QS. Ibrahim:48)

Bumi yang dimaksud adalah bumi, akan tetapi dihamparkan (diratakan) sedang langit adalah langit akan tetapi dia telah terbelah.”

Pertanyaan yang berulang Tatkala Allah menyebutkan hal-hal yang mempesona yang ada di dalam surga, berupa berbagai macam makanan, pemandangan yang indah, tempat tinggal, dan pakaian, maka sesungguhnya semua itu bersifat umum untuk dua jenis (laki-laki dan perempuan), semuanya menikmatinya sebagaimana telah disebutkan. Sisanya bahwa sesungguhnya Allah telah mempesonakan kaum laki-laki dan membuat mereka rindu terhadap surga dengan menyebutkan para bidadari dan wanita-wanita jelita yang ada didalamnya, dan tidak pernah disebutkan yang semisal ini untuk kaum wanita. Maka kadang-kadang kaum wanita bertanya-tanya tentang sebab hal tersebut!

Jawabnya adalah :

Pertama: Sesungguhnya Allah “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat- Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. al Ambiya:23), akan tetapi tidak jadi masalah kita mengambil faidah dari hikmah tindakan ini dari nash-nash syar’i dan kaidah pokok Islam, maka saya katakan:

Kedua: Sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah malu-sebagaimana sudah diketahui- oleh karena itulah Allah tidak mengiming-iming mereka dengan apa yang merasa malu terhadapnya.

Ketiga : Sesungguhnya kerinduan seorang wanita terhadap laki-laki tidak seperti kerinduan laki-laki terhadap wanita-sebagaimana yang telah dimaklumi bersama-oleh karena itu Allah membuat kaum laki-laki merindukan surga dengan menyebutkan wanita-wanita penghuni surga, sebagai pembenar sabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“Tidaklah aku tinggalkan sebuah fitnah setelahku yang lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita.” (HR. al Bukhari,16/41)

Adapun kaum wanita, maka kerinduan mereka kepada perhiasan yang berupa pakaian dan perhiasan mengalahkan kaum laki-laki, dikarenakan perhiasan merupakan barang yang wanita diciptakan untuk mencintainya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan.” (QS. az Zukhruf:18

Keempat : Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah menyebut para isteri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari, dan dialah yang berkeinginan terhadap wanita. Oleh karena itulah isteri-isteri itu disebutkan untuk kaum laki-laki di surga, dan mendiamkan penyebutan suami-suami untuk kaum wanita. Akan tetapi yang demikian tidak menunjukkan bahwa tidak ada suami bagi mereka, bahkan bagi mereka adalah suami dari anak cucu Adam.

Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“Sesungguhnya aku telah melihat kalian sebagai penghuni neraka yang terbanyak…”(HR. Bukhari,2/3)

Dan di hsdits yang lain:

“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah kaum wanita.” (HR. Muslim, 13/ 282)

Intinya, agar kaum wanita berusaha keras untuk tidak menjadi penghuni neraka. Jika seorang wanita masuk ke dalam surga maka sesungguhnya Allah akan mengembalikan masa muda dan keperawanannya, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh orang-orang tua…sesungguhnya Allah jika memasukkan mereka (kaum wanita) ke dalam surga, maka Dia akan merubah mereka menjadi gadis-gadis perawan.” (HR. Thabrani 12/281)

Telah diriwayatkan pada sebagian atsar bahwa kaum wanita dunia akan menjadi jauh lebih jelita berlipat-lipat dibandingkan kejelitaan bidadari karena ibadah mereka kepada Allah. Setelah itu semua, maka surga tersebut telah dihias-hiasi untuk kalian wahai sekalian kaum wanita sebagaimana surga juga dihias untuk kaum laki-laki. “Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” (QS. al Qamar:55).

Maka ingatlah kepada Allah, beramallah untuk Allah, gunakanlah segenap kesempatan, dikarenakan umur sebentar lagi akan berakhir, dan setelah itu yang ada hanyalah kekekalan. Maka hendaklah kekekalanmu berada di dalam surga insya Allah, dan ketahuilah bahwa mahar surga adalah iman dan amal shalih, bukan angan-angan kosong disertai berlebih-lebihan. Ingatlah sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“Jika seorang wanita shalat lima waktu, puasa di bulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya:”Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki.” (HR. Ahmad dlm Musnadnya (1573), hadits hasan lighairihi, Shahihut Targhib wat Tarhib (1932))

Berhati-hatilah-dengan segenap kewaspadaan-terhadap para penyeru fitnah dan perusak kaum wanita dari golongan orang-orang yang berkeinginan untuk merusak, menghinakan dan memalingkan kalian dari kemuliaan dan kenikmatan surgawi. Janganlah sekali-kali tertipu dengan bujukan, rayuan serta mulut manis orang-orang yang mengajak kepada kebebasan dan kesetaraan gender. Sesungguhnya para pejabat, pemikir, penulis, penyiar, dan artis-baik laki-laki maupun perempuan- yang mengajak wanita membuka aurat, berbaur dengan lawan jenis secara bebas dengan alasan kemajuan, kebebasa, dan kesetaran adalah orang-orang yang berperilaku seperti orangorang kafir sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. an Nisa’:89)

Kami memohon kepada Allah agar memberikan taufik kepada segenap kaum wanita muslimah untuk mendapatkan keberuntungan dengan surga yang penuh dengan kenikmatan, dan agar menjadikan mereka sebagai wanita-wanita yang diberi hidayah serta yang memberikan hidayah, dan agar memalingkan dari mereka syaitan-syaitan manusia dari para penyeru pengrusakan kaum wanita baik laki-laki maupun perempuan. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kepada keluarga beliau dan para sahabat beliau.

2.3. Indahnya Wanita Ahli Surga

Bidadari Surga

Salah satu kesenangan terbaik dalam kehidupan manusia adalah dengan adanya pasangan hidup yang akan memberikan ketentraman dalam hatinya dan menguatkan ghirahnya. Wanita-wanita surga para bidadari menjadi istri penghuni surga.

وَحُورٌ عِينٌ , كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ

Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (Ar-Rahman(56):22-23)

Ibnu Jarrir mengatakan mengenai Huurun ‘in, Al-huur adalah mata yang jernih dengan bola mata hitam, sedangkan ‘iin adalah menyenangkan untuk dipandang.

"Di dalam surga wadah-wadah yang dipergunakan oleh mereka, yakni para ahli surga terbuat dari emas, keringat mereka adalah bagaikan minyak kasturi. Tiap seseorang dari semua ahli surga itu mempunyai dua orang isteri yang sumsum betisnya itu dapat dilihat dari balik daging karena indahnya, tiada perbedaan antara para ahli surga itu dan tiada pula rasa saling benci membenci. Hati mereka adalah bagaikan hati satu orang lelaki. Mereka sama memaha-sucikan Allah pada waktu pagi dan sore." (HR. Bukhari - Muslim)

Para wanita surga adalah wanita-wanita suci yang tidak pernah tersentuh oleh makhluk lainnya baik dari golongan jin maupun manusia.

فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman(55):56)

كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ

Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. . (Ar-Rahman(55):58)

Para bidadari surga menjadi hiburan terbaik bagi suaminya, dengan syair-syair indah dan nyanyian yang menghibur hati. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya istri-istri penghuni surga akan bernyanyi untuk para suaminya dengan suara yang sangat merdu, yang belum pernah didengar oleh siapapun juga. Diantara syairnya ‘kamilah wanita pilihan dan wanita baik-baik, istri dari laki-laki mulia yang melihat kami layaknya mutiara…”. (Shahih Jami’as Shaghir).

2.1. Balasan bagi wanita-wanita yang beriman

Bila pria mendapatkan Bidadari di Surga,

lalu wanita mendapatkan apa…?

Pertanyaan : Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya : "Ketika saya membaca Al-Qur'an, saya mendapati banyak ayatayat yang memberi kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan bidadari yang cantik sekali. Adakah wanita mendapatkan ganti dari suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin ?”

Jawaban : Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk “laki-laki dan perempuan”.

Allah berfirman :

* "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan" (Ali-Imran : 195).

* "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (An-Nahl : 97).

* "Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun" (An-Nisa' : 124).

* "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar" (Al- Ahzab : 35).

Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam firman-Nya :

v "Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipandipan" (Yasin : 56).

v "Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan" (Az-Zukhruf : 70).

Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang, dalam firmannya :

v "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadisgadis perawan" (Al-Waqi'ah : 35-36).

Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.

(Fatawal Mar'ah 1/13 yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia "Fatwa-fatwa tentang wanita 3" cetakan Darul Haq).

KESIMPULAN

Berbuat dan berakhlak sesuai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist, merupakan salah satu kunci untuk masuk surga.

Salah satu ciri kunci wanita untuk masuk surga, diantaranya adalah sebagai berikut ;

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

Sedangkan balasan bagi wanita yang mengamalkan perbuatan yang berakhlak yang seperti di atas adalah sebagai berikut :"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun" (An-Nisa' : 124).









DAFTAR PUSTAKA

http://uaki.org/article/93-perempuan-penghunisurga.

http://www.perpustakaanislam.com

www.nla.gov.au

http://oase.trunojoyo.ac.id

http://www.dudung.net/index.php

http://bidadari-surgawi.blogspot.com

http://www.scribd.com

http://www.salafy.or.id

Tamasya Di Taman Surga, Ditulis oleh BangOne

(Fatawal Mar'ah 1/13 yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil uslimah, edisi bahasa Indonesia "Fatwa-fatwa tentang wanita 3" cetakan Darul Haq).

Dari kitab beliau Ah walun Nisa’ fil Jannah secara ringkas.

Di kutip dari Majalah Qiblati Edisi 07 tahun II

Kado Pernikan Bab 14 ‘ Keindahan tak sekedar itu”